Jumat, 05 Agustus 2011

Meluaskan Telaga Di Hati

Alhamdulillaah…..
Segala Puji bagi Allah Tuhan Seru sekalian alam.Tuhan Yang Maha Rahman.Maha Rahim.. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk kekasih Allah,Muhammad Rasulullah Shallahu 'alaihi wassalam.Allahumma Shalli wa Salim Ala Sayyidina Muhammadin wa Ala aali Sayyidina Muhammadin fi Kulli Lam Hatin wa na Fasinn bi'adadi Kulli Ma'lu Mil Lak.

"Allahumma baariklanaa di Rajab wa Sya'ban Wa Ballighna Ramadhan",Semoga Allah memberkahi kehidupan kita dibulan-bulan ini untuk berjumpa Ramadhan,Dengan segenap kesiapan ruhiyah, fikriyah,jasadiyah,maliyah dan satukan barisan raih takwa & sambut kemenangan dakwah, Intanshurullah yanshurkum wayutsabbit aqdamakum.

`*•Yaa Rabbi•*´¯)Ajarilah kami bagaimana memberi sebelum meminta,berfikir sebelum bertindak,santun dalam berbicara,tenang ketika gundah,diam ketika emosi melanda,bersabar dalam setiap ujian.Jadikanlah kami orang yg selembut Abu Bakar Ash-Shiddiq,sebijaksana Umar bin Khattab,sedermawan Utsman bin Affan,sepintar Ali bin Abi Thalib,sesederhana Bilal,setegar Khalid bin Walid radliallahu'anhumღAmiin ya Rabbal'alamin.

Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dengan air muka yang ruwet.

Pemuda itu memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Pemuda itu menceritakan semua masalahnya kepada orang tua yang bijak.

Pak Tua itupun mendengarkan dengan seksama. Beliau lalu mengambil segenggam garam dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas, lalu diaduk perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya," ujar Pak tua itu. "Asin. Asin sekali," jawab sang tamu,sambil meludah kesamping.

Pak Tua pun tersenyum kecil mendengar jawaban itu.

Beliau lalu mengajak sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi telaga,Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah". Saat pemuda itu selesai meneguk air, Beliau bertanya, "Bagaimana rasanya?" "Segar," sahut sang pemuda. "Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Beliau lagi. "Tidak," jawab si anak muda.

Dengan lembut Pak Tua menepuk- nepuk punggung si anak muda. "Anak muda, dengarlah… “Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak lebih dan tak kurang.

Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda.

Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.

Rasa pahit yang terasa itu tergantung dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya.

Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kau merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup,hanya ada 1 hal yang bisa kau lakukan.

“Lapangkanlah dadamu menerima semuanya dan Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.Serahkan sandarkan hatimu pada Sang Pemilik Hati Allah SWT

"Hatimu adalah wadah itu.
Perasaanmu adalah tempat itu.Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.

Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Salah bisa diperbaiki, gagal bisa diulangi, tapi menyerah berarti selesai. Kita boleh gagal tp jgn sampai menyerah..!!

0 komentar:

Posting Komentar